tentang sukhoi

Liputan6.com, Jakarta: Menteri Perhubungan (Menhub) Evert Erenst Mangindaan menegaskan pemberian asuransi kepada korban Sukhoi Super Jet 100 akan diberikan sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011.

"Mengenai kejelasan besaran asuransi yang akan diterima keluarga korban, pemerintah tentu berusaha. Pertama, kita jangan bicara itu dulu, penyerahan jenazah sudah kita selesaikan dengan baik," ujar Mangindaan usai upacara penyerahan jenazah Sukhoi di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (23/5). Ia menambahkan ada peraturan pemerintah Permen 77 kecelakaan seperti ini ada asuransi, tanggung jawab dari pengangkut.

Namun demikian, lanjut Mangindaan, selain akan memberikan sesuai Permenhub Nomor 77, pihaknya juga berusaha memberi santunan lebih kepada para keluarga korban.

"Oleh karenanya aturan di Indonesia, seperti aturan Menhub, kami mintakan sesuai itu. Pihak Sukhoi sendiri menyatakan akan memberikan sesuai itu, bahkan lebih. Termasuk penerbangan dan pemakaman ke daerah, plus dua pendamping mereka siap," paparnya.

Namun hal lain tak kalah penting adalah terkait penyebab jatuhnya pesawat buatan Rusia itu. "Dengan demikian, langkah berikutnya apa kira-kira tanggung jawab penerbangan ini tentang kenapa kecelakaan ini terjadi. Kita belum tahu penyebabnya," imbuhnya.(AIS)

 

 7 faktor penyebab jatuhnya sukhoi

1. Sinyal Pemancar Lokasi Bahaya (Emergency Located Transmitter/ELT)
ELT Sukhoi Superjet tak menyala kala menabrak tebing. ELT akan menyala saat pesawat berbenturan dengan benda keras atau menerjang air.

Kejanggalan:
Frekuensi ELT milik Sukhoi belum dilaporkan ke pengelola sinyal ELT seperti Badan SAR Nasional dan penangkap sinyal di Australia dan Singapura. ELT Sukhoi yang ditemukan ternyata berbeda frekuensi. ELT Sukhoi menggunakan frekuensi 121.5,203 Mhz, alat penangkap frekuensi Indonesia berada pada 121.5,406 Mhz, seperti pesawat Boeing. ELT Sukhoi hanya bisa berfungsi di bidang lurus bukan pegunungan. Dua ELT umumnya di depan dan di ekor pesawat. ELT ekor berfungsi ketika pesawat menerjang air. ELT Sukhoi digabung. Bila tenggelam, otomatis akan mengeluarkan pelampung.


2. Sistem peringatan dini dari daratan (Enhanced Ground Proximity Warning System/EGPWS)
Alat ini membuat pilot merasa aman karena memberi tahu pilot jika pesawat mendekati daratan. Bila pesawat meluncur turun dan tidak dalam perencanaan terbang, GPWS akan member suara peringatan "TOO LOW TERRAIN" atau "TOO LOW GEAR" atau "TOO LOW FLAPS".

Kejanggalan:
Pilot Sukhoi seharusnya mendapat peringatan setelah turun ke 6.000 kaki mendapati daerah pegunungan. Dari data Black Box akan terekam GPWS mengeluarkan peringatan kepada pilot.

3. Peta Terrain
PETA TERRAIN biasanya sudah berada dalam database pesawat. Peta akan muncul dalam display navigasi. Sebagai contoh pesawat A330, pilot cukup menekan tombol TERR ON ND (Terrain on Navigation Display). Terrain merupakan visualisasi daratan dalam bentuk vertikal dan horisontal. 


Diragukan:
Database terrain harus selalu update. Jadi data Terrain akan dimasukan dalam pesawat. Jika pesawat akan terbang melalui daerah baru dengan kondisi alam pegunungan, pilot wajib meminta data Terrain daerah tersebut. Misalkan pesawat akan melawati daerah pegunungan dan database Terrain belum diperbarui, sama saja pilot ceroboh.

4. Radar Cuaca Sukhoi Superjet
Menurut LAPAN kondisi cuaca Gunung Salak sangat buruk karena ada awan tebal yang aktif di Gunung Salak. Satelit Multifunctional Transport Satellites (MTSAT) Gunung saat itu 100 persen ditutupi awan dan disertai hujan.

Kejanggalan:
Apakah radar cuaca Sukhoi tidak berfungsi? Seharusnya setelah alasan meminta turun ke 6.000 kaki kemudian belok kiri, bukan belok kanan menuju Halim, pilot akan mengatahui cuaca di depannya. Navigasi pesawat dapat melihat kumpulan awan dan menghindarinya. Biasanya bila pilot memutuskan terbang di bawah 10 ribu kaki, jarak pandang minimum harus lima kilometer. Jarak pesawat dengan awan bila berada di samping awan pesawat harus berjarak 1.500 kaki. Jika pesawat berada di atas awan maka pesawat harus berjarak 1.000 kaki. Terakhir bila pesawat harus berada di bawah awan, harus berjarak 1.000 kaki dari awan.


5. Rencana Penerbangan
Rute penerbangan kedua Sukhoi dijaukan dari rute menuju Pelabuhan Ratu. Rute tersebut normal dilakukan dan termasuk daerah aman.

Kejanggalan:
Pihak ATC memperbolehkan pilot turun ke 6.000 kaki. Namun setelah melakukan sekali putaran 360 derajat pesawat keluar dari Atang Sanjaya dan hilang kontak. Dalam peraturan penerbangan pilot harus izin ke ATC bila keluar dari fligt plan.

6. Pesawat Pengganti
Sukhoi dalam Joy Flight diduga pesawat pengganti. Sukhoi naas bernomor 97004. Seharusnya yang digunakan pesawat yang dipakai di Pakistan dengan nomor 97005

Kejanggalan:
Trimarga mengaku sudah mendaftar pada awal Mei. Sedangkan Juru bicara Kementerian Perhubungan Bambang S. Ervan menyatakan pesawat Sukhoi yang jatuh belum ter-registrasi di Kementerian Perhubungan. Pesawat yang belum terigistrasi sama saja belum dilakukan pemeriksaan dan pengujian sesuai standar kelaikudaraan (Undang-undang No 1 Tahun 2009).

7. Kotak Hitam (Black Box)
Black Box yang sudah ditemukan kurang lengkap untuk menyelidiki penyebab kecelakaan. Umumnya Black Box terdiri dari perekam data penerbangan (flight data recorder/FDR) dan perekam suara kokpit (cockpit voice recorder/CVR) dalam pesawat terbang. Petugas baru menemukan CVR, tanpa FDR. 
Sumber: (Jurnaldunia.com - Situs Berita Online Internasional Tercepat Mengabarkan)

 

 

Tiga Faktor Jatuhnya Sukhoi


TEMPO.CO, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan memfokuskan penyelidikan jatuhnya Sukhoi Superjet 100 RA-36801 pada ada-tidaknya izin untuk menurunkan ketinggian pesawat dari 10 ribu kaki ke 6.000 kaki.

"Mestinya, kalau sudah menurunkan ketinggian, sudah dapat izin dari Air Traffic Center (ATC)," kata Kepala KNKT Tatang Kurniadi, Kamis,  10 Mei 2012. Menurut dia, percakapan itu tidak hanya ditangkap ATC Soekarno-Hatta, tapi juga ATC Halim Perdanakusuma.

Ada sedikitnya tiga kemungkinan penyebab jatuhnya Sukhoi itu. Selain faktor ATC, Ketua Asosiasi Pilot Garuda Stephanus Gerardus mengatakan tidak tertutup kemungkinan pilot sengaja melakukan demonstrasi manuver. "Ini penerbangan promosi," ujarnya. "Banyak misteri yang harus dibongkar soal izin menurunkan ketinggian."

Beberapa pilot menduga, faktor lain yang bisa menjadi penyebab kecelakaan adalah cuaca di Gunung Salak. Namun, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, cuaca di Bogor dan Gunung Salak pada Rabu, 9 Mei 2012, aman untuk penerbangan.

Kronologi jatuhnya Sukhoi Superjet 100:

1. Lepas Landas, 14.12 WIB
Pesawat melakukan joy flight kedua dengan rute sekitar Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.

2. Cuaca Buruk & Ruang Hampa
Saat di atas Gunung Salak, pesawat diduga masuk ke ruang hampa sehingga meminta izin turun.

3. Meminta Turun, 14.33 WIB (21 menit kemudian)
Pilot Sukhoi menghubungi menara pengendali (Air Traffic Control atau ATC) di Bandara Soekarno-Hatta, meminta izin turun. Pesawat kemudian hilang kontak di koordinat 06.43 menit 08 detik Lintang Selatan dan 106.43 menit 15 detik Bujur Timur.

4. Menabrak Lereng
Pesawat menabrak lereng di ketinggian 5.800 kaki (1.767 meter) dengan kemiringan 85 derajat. KNKT menyebut insiden ini seperti Controlled Flight Into Terrain, pesawat laik terbang, tidak rusak, serta di bawah kendali pilotnya, tanpa sengaja menabrak.

ATMI PERTIWI | I WAYAN AGUS PURNOMO | SUNUDYANTORO




Daftar Nama Korban Sukhoi yang Berhasil Diidentifikasi

TEMPO.CO, Jakarta - Tim Disaster Victim Identification Markas Besar Polri telah berhasil mengidentifikasi seluruh jenazah korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jumlahnya 45 orang. Tim DVI menyatakan identifikasi tersebut dilakukan dengan mencocokkan sidik jari, DNA, gigi-geligi, hingga properti korban.

Berikut adalah daftar nama korban berdasarkan urutan sampel ante-mortem yang disampaikan oleh Direktur Eksekutif Disaster Victim Identification (DVI) Indonesia, Komisaris besar Polisi Anton Castilani dalam jumpa pers di Rumah Sakit Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, Ahad 20 Mei 2012.

1. Donardi Rahman (Aviastar)
2. Nur Ilmawati (Sky Aviation)
3. Edward M Panggabean (Indo Asia)
4. Femi Adiningsih (Bloomberg News)
5. Ganis Arman Zuvianto
6. Darwin Pelawi (Pelita Air)
7. Kornel M Sihombing (PT Dirgantara Indonesia)
8. Anton Daryanto (Indonesia Air Transport)
9. Herman Suladji (Air Maleo)Aditya (Sky Aviation)
10. Stephen Kamagi (Indo Asia)
11. Aditya Rekodianti (Sky Aviation)
12. Ade Arisanti (Sky Aviation)
13. Dody Aviantara (Majalah Angkasa)
14. Didik Nur Yusuf (Majalah Angkasa)
15. Yusuf Ari Wibowo (Sky Aviation)
16. Edie Satriyo (Pelita Air)
17. Haidir Bachsin (PT Catur Daya Prima)
18. Salim Kamaruzzaman (Sky Aviation)
19. Henny Stevani (Sky Aviation)
20. Charles Peter Adler (Sriwijaya Air)
21. Insan Kamil Djatmika (Indo Asia)
22. Gatot Purwoko (Airfast)
23. Raymond Sukanto (Sky Aviation)
24. Faizal Ahmad (Indo Asia)
25. Rully Darmawan (Indo Asia)
26. Susana Famela Rompas (Sky Aviation)
27. Aditya Sukardi (Trans TV)
28. Maysyarah (Sky Aviation)
29. Arief Wahyudi (PT Trimarga Rekatama)
30. Santi (Sky Aviation)
31.Ismiati (Trans TV)
32. Maria Marcella (Sky Aviation)
33. Capt. Aan Husdiana (Kartika Airlines)
34. Rossy Withan (Sky Aviation)
35. Dewi Mutiara (Sky Aviation)
36. Anggraeni Fitria (Sky Aviation)
37. Thonam Tran (Snacma/Perancis)
38. Eugeny Alexandro Grebenshikov (Sukhoi)
39. Kristina Nikolaesna Kurzhuposa (Sukhoi)
40. Nikolay Dmitriesich Nartyshchenko (Sukhoi)
41. Alexey Nikolaesich Kirkin (Sukhoi)
42. Alexander Nikolaevich Yablontsev (Sukhoi)
43. Alexander Pavlovich Kochetkov (Sukhoi)
44. Denis Valerievich Rakhimov (Sukhoi)
45. Oleg Vasilevich Shvetsov (Sukhoi)

Data tersebut sama dengan data manifest penerbangan Sukhoi SuperJet 100 ketika melakukan joy flight, yakni berjumlah 45 orang, 31 pria dan 14 wanita. Kemudian masih dibagi berdasar kewarganegaraan yakni 35 orang WNI dan 10 orang WNA.

Sementara itu, Anton mengakui awalnya tim gabungan mengalami sedikit kendala dengan adanya data ante mortem ganda milik korban. Sebab saat identifikasi hendak dilakukan ada pihak keluarga yang menyerahkan data korban lebih dari satu. "Tapi itu bisa kami atasi," katanya

INDRA WIJAYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar